LinkedIn
WhatsApp
Microsoft Teams

Belajar Google Sandbox: Penyebab, Cek dan Cara Perbaiki

Feri Murdeni

Feri Murdeni

Webdeveloper

View case

durasi baca : 3 menit

Pernahkah kamu mendengar mengenai Google Sandbox? Google Sandbox adalah sebuah filter yang diciptakan untuk mencegah spam yang dilakukan pemilik website baru. Oleh karena itu, penting bagi pemilik website untuk belajar Google Sandbox agar bisa keluar dari filter tersebut. 

Untuk mengatasi masalah Google Sandbox atau mencegahnya, kamu harus tahu terlebih dahulu kira-kira apa yang menyebabkan kondisi ini. Selanjutnya, optimasi ulang bisa dilakukan agar website kembali stabil posisinya.

Apa Itu Google Sandbox?

Google Sandbox merupakan sebuah filter yang dirancang oleh Google dan digunakan untuk mencegah website-website baru menempati peringkat tinggi di awal berdirinya website tersebut. 

Manfaat lain dari Google Sandbox yaitu mencegah spam yang dilakukan oleh pihak yang hanya ingin memperoleh keuntungan besar dengan membuat banyak website. Bisa dibilang Google Sandbox ini sebagai pinalti atau masa percobaan untuk sebuah website.

Oleh sebab itu, para pemilik website harus belajar Google Sandbox. Jadi, saat website terkena filter Google Sandbox ini, bisa melakukan beberapa cara untuk keluar dari cengkraman filter tersebut.

Penyebab Utama Website Mengalami Google Sandbox

Salah satu tanda apakah website mengalami Google Sandbox atau tidak yaitu sering mengalami  deindeks dan traffic yang turun secara signifikan, berikut beberapa penyebabnya.

1. Optimasi On Page yang Berlebihan

Optimasi yang dilakukan secara berlebihan akan menyebabkan artikel dianggap sampah. Kata kunci atau keyword memang membantu website mendapatkan indeks, tetapi jika berlebihan tidak disukai Google.

Itulah kenapa dalam satu artikel yang memiliki 1.000 kata, jumlah kata kunci yang harus ada di sana sekitar 5-10 atau maksimal 1%. Namun, beberapa praktisi SEO ada yang memakai maksimal 2%.

Kamu boleh menggunakan standar yang mana saja. Pada dasarnya Google tidak memiliki pakem yang bisa diikuti. Apabila algoritma yang dimiliki juga selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.

2. Copy Paste Artikel

Cara termudah untuk ditemukan oleh Google adalah dengan membuat artikel dalam jumlah banyak. Nantinya artikel itu akan ditanam atau dimasukkan kata kunci tertentu yang memang sudah menjadi target.

Sayangnya membuat artikel yang berkualitas bukan pekerjaan yang mudah. Kamu harus melakukan riset hingga membuat narasi yang tepat. Selain itu juga harus membuat artikel yang unik meski temanya sama.

Karena membuat artikel sendiri cukup menyulitkan, beberapa orang akhirnya memilih melakukan copas atau parafrase. Padahal cara ini tidak bisa dilakukan karena akan dianggap melanggar aturan.

3. Backlink yang Buruk

Backlink sangat bermanfaat untuk mendongkrak ranking yang dimiliki oleh website. Semakin tinggi website yang memberikan backlink, semakin besar juga traffic atau kualitas dari websitenya.

Sayangnya saat ini banyak sekali orang yang menggunakan backlink palsu atau yang buruk. Misal dari website yang dianggap Google sebagai sampah sehingga kualitas backlink juga jelek.

Apabila website memiliki terlalu banyak backlink yang buruk, kemungkinan besar bisa memicu kondisi deindeks. Jadi, pastikan berhati-hati apabila ingin bermain-main dengan hal ini.

4. Banyak Eksternal Broken Link

Saat sedang membangun website, seseorang akan memasukkan eksternal link. Dengan melakukan itu, optimasi artikel atau konten yang ada di dalamnya bisa berjalan dengan baik.

Sayangnya apabila seseorang melakukan penambahan link eksternal secara berlebihan, ada kemungkinan terjadi broken. Hal ini bisa terjadi karena link salah input atau lainnya.

Link yang broken ini harus segera diatasi agar tidak menyebabkan masalah. Salah satunya adalah Google menganggap halaman itu buruk dan tidak mau mengindeksnya lagi meski konten di dalamnya berkualitas.

5. Banyak Duplikat Konten

Google tidak suka website yang sering melakukan duplikasi. Bahkan meski duplikasi itu dilakukan secara internal. Misal ada banyak kata atau kalimat yang dipakai berulang kali.

Duplikasi konten di berbagai halaman website bisa menyebabkan kamu mendapatkan reward Google Sandbox. Tentu kamu tidak mau mengalami hal seperti itu, bukan?

6. Melakukan Ping Berlebihan

Melakukan ping bisa membuat website jadi cepat terindeks di mesin pencari. Namun, jika dilakukan secara berlebihan akan dianggap melakukan tindakan spamming.

Normalnya ping bisa dilakukan dilakukan selama 2-3 kali seminggu. Lakukan sesuai kebutuhan saja atau bertahap.

7. Melakukan Spam

Penyebab terakhir yang membuat website mendapatkan ganjaran Google Sandbox adalah kerap melakukan spam. Hal ini menyebabkan website dianggap sampah oleh Google dan mendapatkan deindeks.

Spam yang dianggap sampah biasanya terdiri dari sering membuat konten palsu, melakukan redirect ke halaman lain, hingga teks tersembunyi yang dimaksudkan untuk Google Bot.

Apabila terdeteksi oleh sistem yang dimiliki oleh Google, kemungkinan besar bisa langsung mengalami deindeks. Website jadi sulit ditemukan dengan kata kunci apa pun.

Cara Cek Apakah Website Kena GS atau Tidak

Pengecekan bisa dilakukan dengan menggunakan dua cara. Pertama adalah pengecekan yang dilakukan secara manual. Kedua adalah pengecekan yang dilakukan dengan menggunakan tools.

Apabila ingin melakukan pengecekan secara manual, seseorang bisa mengecek dasbor untuk melihat perkembangan traffic. Selain itu juga bisa melihat Google Analytics atau sejenisnya.

Pengecekan dengan kata kunci tertentu di Google juga bisa dilakukan untuk pengecekan manual. Jadi, kamu akan tahu apakah website itu mengalami deindeks atau tidak.

Khusus untuk pengecekan memakai tools bisa mengikuti beberapa cara di bawah ini.

  • Masuk ke website Ahrefs atau sejenisnya.
  • Lakukan pendaftaran atau membayar biaya berlangganan.
  • Setelah masuk ke dalamnya, bisa langsung melakukan pengecekan website.
  • Begitu pengecekan selesai akan muncul daftar dari link atau tautan yang rusak atau dianggap spam.
  • Hapus yang dianggap spam agar penalti dari Google hilang.

Catatan: Apabila menggunakan tools lain caranya kurang lebih akan sama. Jadi, pilih tools yang menurut kamu paling sesuai dengan kebutuhan.

Cara Mengatasi Google Sandbox

Mendapatkan penalti berupa Google Sandbox bukan merupakan akhir dari segalanya. Kamu masih bisa memperbaiki hal itu dengan menggunakan beberapa metode berikut.

1. Hapus Broken Link

Hapus semua broken link yang ada pada website. Apabila jika broken link itu bersifat eksternal ke website luar. Lebih baik ditiadakan saja dan menggantinya dengan sumber berupa teks saja.

2. Memperbaiki Konten Duplikat

Konten yang sifatnya duplikat bisa diubah satu atau semuanya dalam halaman. Misal dengan menambahkan frasa, melakukan parafrase, hingga membuat yang lebih orisinal.

3. Membuat Konten Original

Konten yang berasal dari copas artikel luar juga harus dihapus semuanya. Apabila tetap dilakukan akan memicu adanya spam dan sulit keluar dari Google Sandbox.

Itulah kenapa kamu harus mulai membuat konten sedikit demi sedikit. Tidak jadi masalah jika lama yang penting hasilnya bisa maksimal.

4. Memperbaiki Strategi SEO

Cek satu per satu pengaturan SEO dalam halaman. Apabila kata kunci yang dimasukkan di sana berlebihan, bisa dilakukan proses penghapusan. Apabila kurang bisa ditambahkan. Intinya harus menghindari optimasi berlebihan. 

5. Tidak Optimasi Berlebihan dan Organik

Jangan melakukan optimasi secara berlebihan. Hindari melakukan ping secara berlebihan sampai bisa dua kali sehari. Selain itu coba hindari menambah backlink abal-abal.

Fokus saja pada kualitas konten yang ada pada website. Dengan melakukan hal itu, kamu tidak akan mengalami kesulitan sama sekali untuk mengembalikan website kembali terindeks oleh Google.

Belajar Google Sandbox sangat penting untuk tetap memaksimalkan website yang sedang dibangun. Apalagi website itu memang digunakan untuk kebutuhan penjualan seperti toko online atau marketplace.

Lakukan pemeriksaan atau pengecekan rutin apabila merasa performa mengalami penurunan. Dengan begitu, kamu bisa dengan mudah melakukan optimasi dan tidak akan menyebabkan konversi mengalami penurunan.

Image

Suka Artikel Ini?

Baca juga artikel lainnya

Cari Artikel

Layanan Whello

  • Jasa Pembuatan Website
  • Jasa SEO
  • Google Ads
  • Facebook Ads
  • Instagram Ads
  • Copywriting
  • Jasa Pembuatan Aplikasi

Subscribe Newsletter Whello Gratis

Dapatkan promo eksklusif dan konten menarik langsung di emailmu.

Image

Over Feri Murdeni

Webdeveloper

Hai perkenalkan, nama aku Feri dan berprofesi sebagai Website Developer di Whello Indonesia. Aku suka tantangan dan belajar hal-hal baru.

Lees meer over Feri